Tidak
bisa dipungkiri saat ini kita berada di era globalisasi. Era dimana tidak ada lagi
batas antara ruang dan waktu. Globalisasi tidak hanya terjadi di negara kita
saja tetapi di semua belahan dunia. Proses globalisasi tentu membawa dampak
positif dan negatif yang berujung pada perilaku masyarakat sehingga kita harus
cerdas memilih dampak yang ditimbulkan agar terhindar dari perilaku buruk. Perubahan
perilaku masyarakat terbesar terjadi pada nilai-nilai dan gaya hidup. Saat ini
telah terjadi pergeseran nilai-nilai kehidupan yang telah diwariskan oleh
leluhur kita terdahulu. Rasa kekeluargaan dan gotong-royong akhir-akhir ini
mulai memudar. Masyarakat cenderung hidup individualistis (siapa lu siapa gue)
khususnya di kota-kota besar.
Globalisasi
pada sektor perikanan menuntut pelaku usaha perikanan harus cepat menangkap
semua informasi terkini yang bersifat positif. Informasi tersebut bisa dalam
bentuk informasi harga ikan, pakan, cara budidaya ikan yang baik (CBIB), cara
pembenihan ikan yang baik (CPIB), ISO, HACCP (Hazard Analysis And Critical Control Points) dalam manajemen mutu
produk perikanan, Sustainable
Development Goals (SDGs)
dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan sumber daya samudera, laut dan kelautan
untuk pembangunan berkelanjutan dan lain-lain.
Globalisasi
menuntut setiap negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sehingga
menghasilkan produktivitas tinggi dan inovasi agar produk yang dihasilkan dapat
bersaing dengan negara lain. Globalisasi tidak hanya merubah perilaku
masyarakat tetapi juga membawa dampak luas pada berbagai bidang. Pada bidang ekonomi, perikanan Indonesia harus dapat bersaing
dengan produk-produk perikanan dari negara lain. Pada bidang sosial, masyarakat perikanan Indonesia juga harus
dapat bersosialisasi dengan masyarakat global. Pada bidang lingkungan usaha
perikanan harus menjaga keberlanjutan sumber daya alam serta
sumberdaya perikanan kelautan beserta dengan ekosistemnnya. Pada bidang teknologi, usaha perikanan Indonesia harus berdasarkan kode
etik perikanan yang bertanggung jawab. Pada bidang hukum
dan kelembagaan, produk perikanan Indonesia harus tunduk
pada aturan – aturan internasional tentang bagaimana mengelola sumber daya
supaya lestari, kalau tidak mau di tuduh melakukan IUU (Ilegal unregulated, and Unreported) fishing, termasuk di dalamnya pencurian ikan dan tangkapan yang
tidak di laporkan. Hal ini seiring dengan telah diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi Asia (MEA) pada tahun 2016 ini.
Pemberlakuan
pasar bebas ini menyiratkan pentingnya memiliki sumber daya manusia yang
memiliki nilai saing tinggi. Ada sebuah ungkapan yang muncul di tengah arus
globalisasi yaitu Think globally and act
locally. Ungkapan sederhana namun kaya makna. Jika dikaitkan dengan
globalisasi, ungkapan ini memiliki pengertian orang yang berpikir global namun dapat
melakukannya dalam kegiatan-kegiatan sederhana dengan tidak melupakan budaya
atau nilai-nilai asli. Pelopor ungkapan
ini sering dikaitkan dengan seorang perencana kota Skotlandia yang juga seorang
aktivis sosial yaitu Patrick Geddes yang lebih menggunakan ungkapan itu dalam
bidang lingkungan. Ungkapan ini cocok diterapkan dalam penyuluhan perikanan
khususnya dalam menghadapi era global dimana kita sudah mulai meninggalkan
nilai-nilai asli (positif) yang diwariskan pendahulu kita.
Masyarakat
perikanan harus berpikir jauh ke depan untuk jadi pemenang di era global. Pelaku
usaha dan pelaku utama perikanan tentu tidak ingin hanya menjadi penonton di
negeri kita dengan sumber daya alam melimpah. Salah satu penerapan dari
pemikiran tersebut adalah memiliki kecerdasan intelektual yang baik. Hal itu
dapat kita peroleh dengan terus belajar dan up-grade
pengetahuan tanpa mengenal usia. Mempelajari hal-hal baru seperti menguasai
bahasa asing. Tak dapat dipungkiri bila penguasaan bahasa asing terutama bahasa
inggris sebagai bahasa internasional merupakan salah satu keharusan mengingat
di era global seperti sekarang kita akan berkomunikasi dengan banyak orang dari
penjuru dunia yang menjadikan bahasa inggris sebagai alat komunikasi. Menguasai
teknologi informasi juga salah satu aplikasi yang mesti kita terapkan.
Alasannya, saat ini kita sudah memakai peralatan kerja atau peralatan lainnya
yang telah memakai tenaga mesin atau sistem komputerisasi dan bersifat dinamis.
Disamping
itu, rasa nasionalisme menjadi begitu penting di era global karena banyaknya
budaya luar termasuk produk yang masuk sehingga kita tetap harus mengenal dan
mencintai budaya dan produk buatan negeri sendiri. Sementara saat ini banyak
masyarakat yang menerima begitu saja budaya luar tanpa menilai baik-buruknya. Sejalan
dengan era globalisasi yang terus bergulir, aturan/norma/ kebudayaan yang baik
harus tetap kita jaga dan pelihara supaya tidak terpengaruhi oleh dampak
negatif arus globalisasi. Aturan-aturan sosial di masyarakat
perikanan yang harus tetap kita jaga seperti larangan bagi nelayan untuk pergi
melaut yaitu pada hari Jum’at dengan tujuan selain mengkhusukan waktu beribadah
dan istirahat sekaligus juga untuk menjaga kondisi ekosistem perairan supaya
tidak terkuras habis setiap hari. Kebudayaan
sasi di Maluku, awig-awig di Lombok Barat, panglima laut di Aceh dan berbagai
kebudayaan dalam menjaga kelestarian sumberdaya perikanan di daerah lainnya.
Beberapa aturan/norma/
kebudayaan di atas sudah mulai terkikis oleh waktu. Pelaku utama/
pelaku usaha perikanan tidak lagi mengindahkan aturan/norma/ kebudayaan yang telah diwariskan oleh
para leluhur terdahulu karena terpengaruh oleh globalisasi. Penerapan lainnya yang tidak kalah
penting adalah tidak meninggalkan ajaran agama karena ajaran agama akan
menuntun kita untuk berbuat baik dan benar. Jika kita mampu menerapkan itu
semua, mewujudkan pelaku utama/ pelaku usaha perikanan yang siap menghadapi era global
semakin mudah.
Beberapa
tindakan think globally and act locally
dalam penyuluhan perikanan adalah :
- Terus belajar dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pelaku utama/ pelaku usaha perikanan yang memiliki nilai saing tinggi
- Terus berkarya dan berinovasi dalam menumbuh kembangkan usaha perikanan dalam negeri dengan mengadopsi perkembangan global tanpa meninggalkan khasana lokal
- Terus mempelajari hal-hal baru seperti menguasai bahasa asing dan teknologi informasi
- Tetap mengenal dan mencintai aturan/norma/ kebudayaan yang baik negeri sendiri dalam menjaga kelestarian sumberdaya perikanan seperti sasi di Maluku, awig-awig di Lombok Barat, panglima laut di Aceh
- Melakukan tindakan nyata yang sederhana seperti menanam mangrove di kawasan abrasi, erosi dan kawasan yang sudah mengalami alih fungsi lahan, tidak membuang sampah ke perairan dan tindakan-tindakan positif lainnya untuk menekan pemanasan global (global warming).
- Terlibat langsung dalam sosialisasi stop penebangan hutan di kawasan pesisir, cara budidaya ikan yang baik, usaha penangkapan ikan yang bertanggung jawab/lestari dan cara pengolahan mutu hasil perikanan yang standar nasional/internasional.
Aksi think
globally and act locally dalam penyuluhan perikanan di atas akan memberikan
dampak positif bagi pengurangan kemiskinan, pelestarian dan pemanfaatan sumber
daya perikanan kelautan untuk pembangunan berkelanjutan seperti yang tertuang dalam
SDGs.
No comments:
Post a Comment